Masih ingat dengan novel yang berjudul Laskar Pelangi? novel best seller
yang ditulis oleh Andrea Hirata. sebuah kisah novel yang cukup menarik
perhatian kita saat ini... bukan hanya cerita, tetapi juga banyak pesan
yang dibawa... Apalagi saat diangkat dalam layar lebar disutradarai oleh
Riri Riza, dan mendapat perhatian cukup banyak dari kaum muda.
Salah satunya adalah pendidikan di Indonesia. Potret sebuah sekolah yang
sederhana, jauh dari kemewahan dan Ukiran prestasi yang bergengsi, tapi
pendidikan yang tercermin bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja,
melainkan sebuah perilaku dan etika, sehingga tumbuh sebuah kreatifitas
yang bukan karena fasilitas.
Saat ini sebagian orang tua memimpikan investasi manusia pada pendidikan
untuk masa depan anaknya. Biar jadi pengusaha, Dokter, atau semua yang
secara sosial terpandang dan mempunyai harkat dan martabat secara
financial.
Ada yang lebih mendasar di tawarkan dalam laskar pelangi ini, yaitu Budi pekerti.
Negara ini mungkin lupa, atau terpesona akan pendidikan metoda luar
(barat), sehingga tidak diliriknya pendidikan yang telah di rintis
pendahulu kita, Seperti Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan.
Dalam karya mereka terbentuklah Taman Siswa, Muhammadiyah. Beliau-beliau
ini telah mencoba merintis pendidikan yang mengajarkan akan budaya
timur, sepert budi pekerti, etika, sopan santun pada anak bangsa negeri
ini.
Saat ini tidak jarang kita temui siswa yang pandai, tetapi tidak punya
tata krama dan etika, atau malah di tidak tahu sopan santun.
Meskipun hal ini bukan hanya tugas dari sekolah, untuk memberikan bekal
bagi anak kita, tetapi juga peran keluarga diperlukan dalam hal ini.
Waluapun saat ini jumlah keluarga yang menanamkan pendidikan Budi
Pekerti sudah mulai "tidak sempat", sehingga melimpahkan semua ke
sekolah. Sedangkan sekolah juga di tuntut tidak hanya mendidik dan
mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga untuk menjadikan sekolah sebagai
sekolah favorit, yang diharapkan akan menunjang keberlangsungan dan
kesejahteraan Sekolah.
Bila kita sedikit saja melirik pendidikan di Jepang, dimana pendidikan
tidak hanya dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi
juga tetap di berikan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan budaya
mereka. Sehingga mereka tetap mencintai dan juga mengerti asal mereka
dengan budaya nenek moyangnya.
Pendidikan tidak hanya mengedepankan kecerdasan Intelektual tetapi juga Kecerdasan Moral, Spiritual dan Emosional.
Terkadang kita ataupun orang tua beragapan kecerdasan yang maksud adalah
kemampuan anak dalam berhitung, mengahafal, meniru, pandai dalam
membuat analisa yang dibuktikan pada prestasi di sekolah. Meskipun
pemahaman ini tidak salah, namun juga kurang lengkap. Cerdas yang
dimaksud adalah kemampuan anak dalam mengorganisir dengan baik aspek
Intelektual, Emosional, Moral dan Spiritual.
Kecerdasan Intelektual, merupakan kemampuan seseorang secara
efektif untuk melakukan perhitungan matematis, menganalisa, mengingat,
dan beragumen. Sehingga pada umumnya, sang anak akan berhasil menemukan
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan baik.
Kecerdasan Emosional, merupakan kemampuan seseorang untuk
mengelola dan memanfaatkan perasaan dengan baik. Seperti memahami orang
lain, kemandirian, kerjasama, menyesuaikan diri dan berpikir positif.
Tentunya hal ini dipengaruhi juga oleh kepribadian yang sehat.
Kecerdasan Moral, merupakan kemampuan seseorang yang peka dan
mampu menentukan baik dan buruk. Seperti kejujuran, kerelaan menolong,
kesetiakawanan, kepedulianan, kesederhanaan dan adil.
Kecerdasan Spiritual, merupakan kemampuan seseorang untuk dapat
mengembangkan nilai-nilai yang mulya, seperti: kasih, kebenaran,
ketaquan, ketaatan, pelayanan, pengabdian dan pengorbanan. Jadi
kecerdasan Spiritual bukan saja ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum
agama, tetapi juga nilai dan sikap hidup dalam agama yang tulus dan
mulia.
Jadi pendidikan untuk anak bangsa ini, bukan hanya dikarenakan oleh
Sekolah saja, tetapi peran orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara.
Cerdas yang bagaimana yang akan kita bekali kepada generasi akan datang,
akan juga menentukan nasib keluarga, dan juga negara.
Anak Anda bukanlah anak Anda, Mereka adalah anak-anak
kehidupan yang merindukan diri sendiri. Meskipun mereka datang melalui
Anda, dan meskipun mereka bersama anda, mereka bukan milik anda.
Anda mungkin memberikan cinta, namun tidak pikiran anda, karena mereka memiliki pikiran sendiri.
Tubuh mereka mungkin ada dirumah anda, namun tidak jiwa mereka, karena
jiwa mereka tinggal dalam rumah masa depan, yang tidak dapat anda
kunjungi, bahkan tidak dalam mimpi anda.
Anda boleh berusaha menjadi seperti mereka, namun jangan membuat mereka seperti anda.
Anda adalah busur dari anak-anak anda, ditembakkan sebagai anak panah yang hidup.
Relakan diri anda melengkung di tangan pemanah demi kegembiraan.
Kahlil Gibran, Sang Nabi
0 komentar:
Posting Komentar